Space Iklan

TEKNIK BERMAIN DRAMA


DRAMA SEBAGAI SENI
A. Pengertian Drama
Berdasarkan etimologi (asalusul bentuk kata), kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak. Drama sering disebut juga dengan sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Jadi sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan.
Teater diambil dari bahasa Inggris theater yang berarti gedung pertunjukan atau dunia sandiwara. Kata theater bahasa Inggris itu berasal dari bahasa Yunani Theatron yang artinya takjub melihat.
Dewasa ini kata teater mempunyai 2 makna yaitu
1. teater berarti gedung pertunjukan, yaitu tempat diselenggarakannya suatu pertunjukan,
2. teater berarti bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang banyak.
Teater sebagai tontonan mempunyai 2 bentuk yaitu
1. teater tradisional, tidak menggunakan naskah (ketoprak, ludruk, lenong),
2. teater modern, menggunakan naskah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa drama mempunyai dua arti yaitu :
1. Drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan di depan orang banyak. (teater tradisional)
2. Drama dalam arti sempit adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak berdasarkannaskah, didukung oleh tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias dan tata busana. (teater modern)
B. Seni Drama
Seni drama diwujudkan dari berbagai bahan dasar karena dalam seni drama terkandung seni-seni yang lain, karena merupakan perpaduan sejumlah cabang seni yaitu
1. seni sastra (naskah cerita),
2. seni lukis (tata rias dan tata panggung),
3. seni musik (musik pengiring),
4. seni tari (gerak-gerik pemain), dan
5. seni peran ( pemeranan tokoh).
Sehingga dapat dipertegas bahwa keberadaan drama sebagai karya seni, sebab :
1. Drama termasuk salah satu jenis seni atau lengkapnya seni drama karena di dalamnya terdapat berbagai keindahan yang dinikmati penonton.
2. Drama adalah satu-satunya jenis seni yang paling kompleks karena untuk mewujudkan perlu melibatkan berbagai seniman, seperti sastrawan, pemain, komponis, dan pelukis.
3. Drama merupakan perpaduan berbagai jensi seni yang membentuk satu kesatuan yang utuh.
C. Jenis Drama
1. Berdasarkan Penyajian Lakon
a. Tragedi
Tragedi atau cerita duka adalah drama yang penuh kesedihan dan pelaku utama dari awal sampai akhir pertunjukan selalu sia-sia (gagal) dalam memperjuangkan nasibnya yang jelek. Ujung cerita berakhir dengan kedukaan yang mendalam karena maut menjemput tokoh utama.
b. Komedi
Komedi atau cerita suka adalah drama penggeli hati, drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton.
c. Tragekomedi
Perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Isi lakonya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang mengembirakan dan menggelikan hati.
d. Opera
Drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.
Opera pendek namanya operet.
e. Melodrama
Drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi/musik.
Asal usul melodrama sebenarnya opera, dari opera yang dialog para pemainnya dinyanyikan dan diiringi musik itu, lahir jenis melodrama.
f. Farce
Drama menyerupau dagelan tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
g. Tablo
Jenis drama yang mengutamakan gerak. Pemain tidak mengucapkan dialog, tetapi dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu. Bunyi-bunyian pengiring untuk memperkuar kesan gerakan yang dilakukan pemain.
h. Sendratari
Gabungan antara seni drama dan tari, yang diiringi musik.
2. Berdasarkan Sarana
a. Drama Panggung
b. Drama Radio
c. Drama Televsi
d. Drama Film
e. Drama Wayang
f. Drama Boneka
3. Berdasarkan Ada atau Tidaknya Naskah
a. Drama tradisional
b. Drama modern
D. Istilah dalam Drama
1. Babak
Merupakan bagian dari lakon drama
2. Adegan
Merupakan bagian dari babak, sebuah adegan hanya mengambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak.
3. Prolog
Kata pendahuluan dalam lakon drama.
Prolog memiliki peran besar dalam menyiapankan pikiran penonton agar dapat mengikuti cerita yang disajikan. Prolog dapat berupa sinopsis, perkenalan tokoh-tokoh, serta konflik-konflik yang akan terjadi
4. Epilog
Kata penutup yang mengakhiri pementasan. (Berisi simpulan atau pesan / ajaran)
5. Dialog
Percakapan para pemain dalam drama
6. Monolog
Percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri
7. Mimik
Ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang diamali pemain.
8. Pantomim
Ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
9. Pantomimik
Perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah denga gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
10. Gestur
Gerak-gerak besar yaitu tangan, kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain.
11. Bloking
Aturan perpindahan tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya agar penampilan pemain tidak menjemukan
12. Gait
Tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara gerak pemain
13. Akting
Gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimaikannya.
14. Aktor
Orang yang melakukan akting. (aktris = pemain wanita)
15. Improvisasi
Gerak-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan pemeranan.
16. Ilustrasi
Iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang digambarkan.
17. Komtemporer
Lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan atau kelaziman
18. Kostum
Pakaian para pemain yang dikenakannya pada saat memerankan tokoh cerita di panggung.
19. Skenario
Susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para pemain
20. Panggung
Tempat para aktor memainkan drama
21. Layar
Kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan kebutuhan.

LAKON DRAMA
Setiap drama pasti memiliki lakon atau judul cerita. Lakon disesuaikan dengan kejadian (peristiwa) : (1) kelahiran atau kematian, (2) perkawinan atau perceraian, (3) perbuatan sosial atau kejahatan, (4) perdamaian atau peperangan dan lain-lain.
Lakon drama bersumber dari kehidupan manusia, karena itu drama sebenarnya merupakan penyajian ulang kisah yang dialami manusia.
1. Tema
Merupakan pokok pikiran yang mendasari lakon drama.
Contoh tema keluarga yang mungkin sering kita angkat dalam drama, tentu masih telalu luas karena masalah keluarga itu beraneka ragam. Untuk menyempitkannya, perlu dipilih topik. Topik adalah sesuatu yang lebih khusus daripada tema. Sebagai contoh tema masalah keluarga, topik : pilih kasih. Sebagai contoh dalam cerita Ciderella, di dalam cerita tersebut menceritakan seorang ibu dan anak-anaknya. Diceritan ibu tersebut memperlakukan anaknya tidak adil, artinya ada yang kelewat disayang dan ada yang disia-siakan.
2. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama.
Tetapi pesan itu tidak disampaikan secara langsung, itulah sebabnya nama lain drama adalah sandiwara.
3. Plot
Rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita (jalan cerita drama)
Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana, konflik yang kompleks sampai pada penyelesaian konflik.
Penyelesaian sebuah konflik terkadang tidak jelas supaya penonton menafsirkan sendiri penyelesaian konflik tadi.
6 tahapan dalam plot :
a. Eksposisi
Tahap perkenalan, meskipun hanya dengan gambaran selintas, wujud perkenalan ini berupa penjelasan untuk mengantarkan penonton pada situasi awal lakon drama.
b. Konflik
Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam tahap ini sudah mulai ada insiden, dan insiden inilah yang memulai plot drama sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar sebuah drama.
c. Komplikasi
Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet.
d. Krisis
Pada tahap ini konflik sampai pada puncak atau klimaks. Dari sudut penotonon sudut ini sebagai puncak ketegangan atau klimaks. Klimaks ini merupakan titik pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis dan pemain antagonis.
e. Resolusi
Tahap penyelesaian konflik, jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah tampak jelas.
f. Keputusan
Semua konflik telah berakhir dan sebentar lagi cerita akan selesai.
4. Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak sabar, ramah dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja berwatak pemberang, suka marah, dan sangat keji. Karakter ini diciptakan penulis lakon untuk diwujudkan oleh pe,ain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Agar dapar mewujudkan, pemain harus memahami benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama.
Dalam meleburkan diri menjadi tokoh yangdiperankan pemain dibantu penata rias, busana dan akting. Unsur-unsur ini merupakan pendukung satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
5. Setting
Setting adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya suatu adegan. Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting yang dikehendaki.
6. Dialog
Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menujukkan plot lakon drama. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap plot lakon drama.

PELATIHAN AKTOR
A. Siapa itu Aktor?
Orang yang memperagakan cerita. Dalam seni pedalangan, aktor dapat disamakan dengan wayang, hanya digerakkan dan dibicarakan (dibuat berbicara) oleh dalang, sedangkan aktor bergerak dan berbicara sendiri. Apa yang diperagakan oleh aktor, itulah yang dinikmati penonton. Karena itu, kesuksesan suatu pertunjukan drama sangat ditentukan oleh kepiawaian aktor.
Aktor termasuk seniman unik, karena seniman lain menghasilkan karya seni yang bisa disimpan dan dinikmati bersama orang lain. Misal seniman pelukis menghasilkan lukisan, lukisan itu dapat dipasang dan dinikmati berulang-ulang. Tetapi aktor tak dapat mewujudkan benda nyata sebagai hasil karya seninya. Sebab hasil karya aktor melekat pada tubuhnya sendiri. Bagaiman ia bergerak dan berbicara di panggung itulah karya seni yang dihasilkannya.
Jadi hasil karya seorang aktor adalah peragaan cerita, dan hasil karya aktor adalah akting.
B. Latihan Dasar
1. Pontensi Tubuh
Tubuh harus bagus dan menarik. Arti bagus dan menarik buka harus tampan dan cantik. Tetapi harus lentur, sanggung memainkan semua peran dan mudah diarahkan, tidak kaku. Latihan dasarnya antara lain :
a) Latihan tari supaya aktor mengenal gerak berirama dan dapat mengatur waktu
b) Latihan samadi supaya aktor mengenal lebih dalam arti, diam, merenung secara insani
c) Latihan silat supaya aktor mengenal diri dan percaya diri
d) Latihan renang agar aktor mengenal pengaturan napas
2. Potensi Driya
Driya adalah semua pancaindra : penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Semua perlu dilatih supaya peka. Cara melatih melalui driya ganda, artinya suatu pengindaraan disertai pengindraan yang lain. Contoh melihat dan mendengar
3. Potensi Akal
Aktor harus cerdik dan tangkas. Kecerdikan dan ketangkasan itu bisa dimiliki kalau ia terbiasa menggunakan akal antara lain dengan kegiatan membaca dan berolahraga.
4. Potensi Hati
Hati merupakan landasan perasaan. Perasaan manusia beragam dan silih berganti. Kadang-kadang senanng dan tertawa, sedih dan lainnya. Semua berurusan dengan hati, karena itu melatih hati sebenarnya melatih kepekaan perasaan. Jika perasaan peka, ia dapat merasakan apa yang datang dalam suasana batinnya dengan cepat dan dengan cepat pula ia dapat memberikan reaksi.
5. Potensi Imajinasi
Akting baru terjadi apabila dalam hati ada kehendak (niat), niat itu harus dilengkapi dengan imajinasi.
6. Potensi Vokal
Aktor harus mempunyai vokal yang kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas. Latihan dasar untuk menguatkan vokal antara lain dengan deklamasi dan menyanyi.
7. Potensi Jiwa
Seorang aktor harus mampu memerankan tokoh dengan penjiwaan. Artinya, ia harus berusaha melebur dalam tokoh yang diperankan. Penjiwaan ini dapat dibangkitkan dengan pengalaman dan pengamatan.




C. Asas-Asas Akting
1. Asas Pengendalian
Jika kita memerankan sebagai tokoh Pak Sakerah dan tokoh ini adalah keras, pemarah, maka kita harus tampil sperti sosok Pak Sakerah. Namun dalam pikiran kita harus tetap sadar bahwa apa yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh itu sesungguhnya hanya pemainan, bukan Pak Sakeran sesungguhnya. Jadi jika dia marah, meskipun marahnya tampak sungguh-sungguh, sebenarnya yang dilakukan itu hanya permainan. Pikiran kita tetap mengendalikan hal itu supaya dia sungguh-sungguh menendang, memukul, atau membacok lawan mainnya.
2. Asas Keutuhan
Akting adalah kerjasama yang membentuk satu kesatuan keutuhan. Meskipun bagian-bagiannya mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda-beda, tunjuannya sama. Karena drama meliputi banyak seni di dalamnya.
3. Asas Kerapian
Seni menuntut kita rapi, sebab seni berhubungan dengan keindahan, dan keindahan menuntut kerapian, artinya aktor melakukan akting yang teratur, terkendali dan tidak kacau.

D. Pelatihan Aktor
1. Membaca Puisi
Calon aktor perlu membaca puisi dengan suara lantang di depan teman-temannya. Manfaatnya supaya terbiasa melakukan perubahan nada suara sbeagai akibat perubahan perasaan dalam berbagai situasi. Baik ekspresi wajah, gerak tubuh dan tangan akan membangkitkan suasana dalam membaca puisi. Jika perlu dilakukan di alam terbuka untuk melatih vokal kita supaya kuat dan ditonton teman kita. Selain itu melatih mental kita, umumnya tampil di muka umum merasa malu, grogi, dan takut. Akibatnya kita tak mampu tampil baik karena konsentrasinya terganggu.
2. Menirukan Binatang
Calon aktor mencoba menirukan gerakan khas macam-macam binatang. Contoh meniru gerakan kera, mulai dari ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara harus seperti kera. Jika kita dilakukan didepan teman-teman akan melatih mental kita juga. Beberapa anggota tubuh kaki, tangan dan kepala digerakan menirukan berbagai binatang secara berulang-ulang melatih tubuh kita lentur dan mudah digerak-gerakan, tidak kaku.
3. Menirukan Orang
Calon aktor mencoba menirukan orang yang sudah dikenalnya, lebih baik orang yang ditiru itu juga dikenal oleh teman kita. Dengan demikian teman kita dapat menebak siapa yang kita tiru. Misalnya orang yang sering dilihat guru, teman, orang yang sering muncul di televisi dan lain-lain. Jika teman kita dengan mudah menebak tiruan orang yang kita peragakan, berarti kita berhasil, tetapi jika susah maka kita belum berhasil.
4. Tertawa dan Menanggis
Calon aktor mencoba tertawa terus menerus sampai benar-benar bisa tertawa kalau ia ingin tertawa, demikian pula menangis seolah-olah dia sedang mengalami hal yang menyedihkan. Aktor juga perlu mencoba seolah-olah sedang marah, putus asa, menyerah atau lainnya. Kemampuan ini tidak dapat datang dengan sendirinya, perlu latihan berulang-ulang di depan teman dan langsung minta komentar dari teman kita. Jika perlu latihan di depan cermin dan merekam suara kita serta lakukan berulang-ulang. Sehingga aktor mampu melakukan perubahan cepat dari menangis menuju tertawa. Begitulah cara memperoleh kemahiran bermain drama.
5. Berdialog
Calon aktor mencoba berdialog, mula-mula dialognya bebas tanpa naskah, seolah-olah sedang memerankan tokoh tertentu dalam drama. Jika sudah lancar aktor mencoba berdialog dengan membaca naskah dibaca berulang-ulang dan silih berganti dengan lawan mainnya. Setelah lancar baru dengan gerakkan ekspresi wajah, dan angota badan.
6. Gerak Panggung
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Gerak panggung hanya dikerjakan kalau ada maksud dan tujuan.
b. Gerak panggung menarik perhatian penonton.
c. Gerak panggung boleh dikerjakan sambil berbicara. Kalau berbicara dulu lalu bergerak, yang diutamakan gerakannya (gerakan menjadi menonjol). Kalau bergerak dulu lalu berbicara yang diutamakan bicaranya (kalimat yang diucapkan menjadi lebih berbobot dan bertenaga.
d. Gerak panggung hanya dilakukan dengan gerak maju, bukan gerak mundur atau menyamping, kecuali ada alasan tertentu.
e. Gerak panggung yang cepat menunjukkan adanya sesuatu yang penting. Sebaliknya gerak lambat menunjukkan kesedihan, keputusasaan atau khidmadmatan.
Previous
Next Post »

Iklan